Keberhasilan Penggunaan Metode Bedah pada Kasus Trauma Gigi Anak
Trauma gigi dapat diartikan sebagai kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi dan atau jaringan pendukung gigi karena sebab mekanis. Trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung ketika terjadi benturan mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba. Prevalensi tertinggi trauma gigi anterior pada anak-anak terjadi antara usia 13 tahun karena pada usia tersebut anak mempunyai kebebasan serta ruang gerak yang cukup luas, sementara koordinasi dan penilaiannya tentang keadaan belum cukup baik. Prevalensi trauma gigi terjadi peningkatan pada periode 8-12 tahun karena adanya peningkatan aktifitas fisik.
Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada periode 8-12 tahun adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, atau saat berolahraga seperti beladiri, sepak bola, bola basket, lari, dan renang. Pada kasus traumatik injuri, salah satu hal yang terjadi pada gigi permanen anak, terutama gigi permanen muda adalah luksasi atau kegoyahan gigi. Luksasi yaitu jika elemen gigi tidak berada lagi pada tempat yang normal atau terjadi pergeseran dan perpindahan gigi dari soketnya. Luksasi intrusi yaitu pergeseran sebagian atau berpindah tempatnya gigi sebagian masuk kedalam soket. Intrusi bila gigi dipaksa masuk ke dalam soket alveolaris. Pada gigi yang mengalami intrusi, sebagian kecil mahkota yang terlihat atau bahkan tertanam seluruhnya dalam soket karena adanya pembengkakkan gingiva. Hal tersebut bisa dideteksi dengan radiografi.
Reposisi bedah untuk menangani masalah intrusi berat pada beberapa gigi menunjukkan hasil yang memuaskan secara estetis, fungsional, dan anatominya. Pasien tidak ada keluhan yaitu nyeri pada daerah operasi, oklusi, fungsi buka-tutup rahang dan nyeri pada gigi yang terkena trauma. Evaluasi secara radiografis juga menunjukkan tidak adanya inflamasi periodontal dan resorpsi akar gigi yang bersangkutan. Perawatan trauma intrusi berat dengan pendekatan bedah dan pengawasan yang berkelanjutan pasca reposisi memberikan hasil yang sangat baik.
Selengkapnya :
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/viewFile/7677/6335