• UGM
  • FKG UGM
  • PDGI
  • PABMI
  • IAOMS
  • ASIAN OMS
  • AOCMF
Universitas Gadjah Mada Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran gigi
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang Kami
    • Visi Misi
    • Daftar Staff
  • Prodi IBMM
    • Visi Misi
    • Pengelola
  • Publikasi
    • M Masykur Rahmat
    • Prihartiningsih
    • Bambang Dwirahardjo
    • Rahardjo
    • Poerwati Soetji Rahajoe
    • Cahya Yustisia Hasan
    • E. Riyati Titi Astuti
    • Pingky Krisna Arindra
    • Yosaphat Bayu Rosanto
  • Layanan
    • Bedah Dentoalveolar
      • Pencabutan Gigi
      • Operasi Gigi Impaksi
      • Alveolektomi
      • Dental Implant
    • Traumabedah mulut dan Maksilofasial
      • Fraktur Dentoalveolar
      • Fraktur Mandibula
    • Abses Dentoalveolar
    • Kelainan Kongenital pada Rongga Mulut
    • Tumor Rongga Mulut
      • Tumor Jaringan Lunak
      • Tumor Jaringan Keras
  • Galeri
    • eLisa
    • Foto
    • Video
  • e-Learning
    • Lesi non neoplastik neoplasma jinak
    • Modul Pembelajaran Prodi BMM
  • Beranda
  • Bedah Mulut dan Maksilofasial
  • Pemeriksaan Intraoral – Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan Intraoral – Pemeriksaan Gigi

  • Bedah Mulut dan Maksilofasial
  • 3 November 2017, 13.45
  • Oleh:
  • 0

Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi rongga mulut pasien baik jaringan keras maupun lunak. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada gigi diantaranya adalah :

Perkusi

Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah : nyeri terhadap pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan nyaring/solid metalic)

Perkusi  dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan. Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias dan membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau horisontal-bukolingual mahkota.

Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi horisontal-bukolingual menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan periodontal. Gigi yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan pasien saat merasa sakit (Grossman, dkk, 1995).

Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda. Pada gigi yang mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic sound) dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa disertai dengan kelainan periapikal juga bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring dikarenakan resonansi di dalam kamar pulpa yang kosong. Sedangkan pada gigi yang menderita abses periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull sound) dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul (dull sound) karena terlindungi oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar tunggal (Miloro, 2004)

Sondasi

Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau tidak. Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital (Tarigan, 1994).

Probing

Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan menggunakan alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe ke dalam attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit (Grossman, dkk, 1995).

Tes mobilitas – depresibilitas

Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns dan Cohen, 1994).

Tes vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.

  • Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal (Grossman, dkk, 1995).
  • Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.
    • Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll maupun rubber da
    • Mengeringkan gigi yang akan dites.
    • Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
    • Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
    • Mencatat respon pasien.

Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).

  • Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik (Grossman, dkk, 1995). Gutta perca merupakan bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
  • Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).
  • Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
  • Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis (Grossman, dkk, 1995).

Sumber:

Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.

Burns, C. R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6th Ed, Mosby-Year Book, Philadelphia.

Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, edisi kesebelas, EGC, Jakarta.

Miloro, M, 2004, Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, BC Decker Inc Hamilton London

Tarigan, R., 1994, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Widya Medika, Jakarta.

Tarigan, R., 2002, Perawatan Pulpa Gigi (endodontic), EGC, Jakarta.

Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.

 

Kontributor: Dicky Fajar Primavera Nugraha, Pingky Krisna Arindra

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Universitas Gadjah Mada

Jl. Denta Sekip Utara Yogyakarta
Telp.Fax +62-274-515307

fax:+62-274-547667 ext 106

email:fkg@ugm.ac.id

Arsip

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY